Turnover adalah istilah yang kerap ditemui dalam sebuah perusahaan. Ia muncul ketika membicarakan akuntansi atau saat membahas soal karyawan. Anda sendiri mungkin pernah mendengarnya.
Bedanya, dalam akuntansi turnover yang cepat kerap dikaitkan dengan keberhasilan. Misalnya, jika turnover working capital tinggi, itu berarti perusahaan efisien dalam menghasilkan penjualan dengan modal yang tersedia.
Hal sebaliknya berlaku dalam turnover karyawan. Banyak kerugian yang akan dirasakan perusahaan ketika itu cukup sering terjadi. Oleh karena itu perusahaan harus punya cara mengantisipasinya.
Definisi
Turnover itu apa artinya? Jika sekadar menerjemahkan, turnover adalah ‘pergantian’. Turnover karyawan juga terkait erat dengan pergantian.
Banyak ahli telah mendefinisikan fenomena ini secara rigid. Artikel dari Yohana Iskandar dan Dedi Rianto (Jurnal Solusi, Vol. 19, No. 1, Januari 2021) menyebut beberapa di antaranya. Ada yang menyebut turnover adalah tindakan pengunduran diri secara permanen karyawan baik secara sukarela atau tidak.
Turnover dibagi ke dalam beberapa jenis. Pertama berdasarkan kesediaan karyawan:
- Secara tidak sukarela. Ini terjadi saat karyawan dipecat karena kinerja yang buruk atau pelanggaran peraturan
- Secara sukarela. Karyawan keluar atas kehendak sendiri
Ada pula berdasarkan tingkat fungsionalnya, yaitu:
- Turnover fungsional. Turnover pada karyawan yang kinerjanya rendah, kurang dapat diandalkan, dan bahkan mengganggu organisasi
- Turnover disfungsional. Turnover adalah terjadi pada karyawan penting, punya kinerja baik, bahkan keluar pada saat genting
Turnover adalah juga dapat dibagi berdasarkan bentuk pengendaliannya, yaitu:
- Turnover yang tidak dapat dikendalikan. Misalnya karena karyawan harus pindah tempat tinggal.
- Turnover yang dapat dikendalikan. Turnover yang satu ini dipengaruhi oleh pemberi kerja.
(Baca: Memahami Pengeluaran Karyawan dan Tips Mengelolanya Secara Efektif)
Penyebab
Lantas, mengapa terjadi turnover? Sebenarnya pertanyaan ini sudah disinggung jawabannya di bagian atas. Misalnya ada turnover karena memang karyawan pindah tempat tinggal.
Tapi umumnya kajian mengenai turnover adalah terkait dengan kepuasan karyawan terhadap perusahaannya. Ia akan keluar ketika memang tidak puas dengan apa yang diperoleh. Banyaknya kajian yang melihat dari sudut pandang ini wajar karena membuat perusahaan mampu melakukan intervensi mencegah hal itu terjadi.
Salah satu riset yang menyebut turnover adalah karena karyawan tidak puas dilakukan oleh Vera Pratiwi dan Bagus Riyono dari Fakultas Psikologi UGM. Dalam Gadjah Mada Journal of Psychology (Vol. 3, No. 1, 2017), mereka menemukan ketidakpuasan terhadap gaji adalah faktor yang paling memengaruhi turnover.
Selain gaji, ketidakpuasan karyawan dapat juga terkait kebijakan perusahaan secara umum, keamanan kerja, hubungan dengan rekan kerja serta atasan, dan kondisi kerja.
(Baca: Karyawan Nakal di Bidang Keuangan, Bagaimana Cara Mengatasinya?)
Antisipasi
Photo by Mohamed Hassan Pxhere.com
Turnover adalah fenomena yang secara umum berdampak negatif. Disebut umum karena memang ada turnover yang menguntungkan atau tidak membawa dampak signifikan.
Mengutip Investopedia, karyawan yang diupah 8 dolar AS per jam saja dapat membebani perusahaan 3.500 dolar AS untuk membuatnya benar-benar mampu menggantikan karyawan yang keluar. Uang ini dipakai untuk, misalnya, biaya pelatihan.
Tentu saja perusahaan akan semakin merugi ketika yang keluar adalah karyawan yang sudah berpengalaman dan punya kemampuan tinggi.
Masih mengutip Investopedia, riset dari Harvard Business School menyebut perusahaan baru akan mendapat kembali investasinya dalam perekrutan seorang manajer tingkat menengah setelah ia bekerja minimal enam bulan.
Atas dasar itu turnover adalah hal yang harus diantisipasi perusahaan.
Makalah Dewi H. Harahap berjudul “Turnover dan Strategi Organisasi untuk Mengatasinya Melalui Pemberdayaan Karyawan” yang dipresentasikan di Seminar Nasional Psikologi, memberikan beberapa tawaran strategi. Ada strategi langsung, ada strategi tidak langsung.
Strategi langsung mencegah banyaknya turnover adalah memastikan bahwa gaji, honor, dan berbagai imbalan lain berjalan lancar.
Sementara strategi tidak langsung misalnya memastikan si karyawan mendapat pelatihan, memberikannya kesempatan promosi jabatan, dimentoring oleh karyawan senior, sampai menyediakan saluran komunikasi yang baik kepada atasan.
Selain itu perusahaan juga bisa menerapkan sejumlah kebijakan terhadap karyawan baru. Pertama, memberikan batasan waktu karyawan baru mengundurkan diri. Jangan sampai mereka mengundurkan diri setelah mendapatkan banyak hal dari perusahaan seperti pelatihan.
Kedua, untuk mencegah mereka melakukan turnover adalah mengharuskan karyawan baru yang hendak mengundurkan diri mengganti biaya-biaya (lagi-lagi misalnya pelatihan) yang sudah dikeluarkan perusahaan.
Tentu saja ini hanya sebagian cara. Inti dari mencegah turnover adalah membuat karyawan puas terhadap perusahaan dan meredam keresahan mereka.
(Baca: 5 Cara Meningkatkan Produktivitas Karyawan)
Tips Efektif
Ketidakpuasan karyawan terhadap perusahaan yang membuat tingginya angka turnover adalah biasanya hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. Satu contohnya adalah tentang reimbursement.
Banyak perusahaan masih menerapkan sistem reimbursement secara manual–melibatkan banyak dokumen tercetak. Jadi si karyawan akan menggunakan uangnya sendiri untuk pengeluaran perusahaan (misalnya saat melakukan perjalanan dinas) dan setelah itu meminta ganti.
Proses ini kerap memakan waktu berhari-hari. Belum lagi jika dokumen yang dibutuhkan hilang.
Tentu saja karyawan jadi tidak puas. Selain itu hal ini benar-benar membebani mereka karena mungkin saja uang terbatas dan semakin tipis saat dipakai untuk belanja perusahaan. Turnover adalah pilihan yang masuk akal bagi mereka.
Bahkan situasi ini membuat karyawan bisa berkonflik dengan tim keuangan.
Dengan perangkat lunak pembayaran Spenmo, situasi yang membuat karyawan tidak nyaman di atas bisa diantisipasi.
Dengan fitur pengajuan klaim pengeluaran bebas kendala, Karyawan tinggal memfoto bukti transaksi lalu mengisi sejumlah detail yang dibutuhkan. Ketika mereka menekan “kirim”, pada saat itu juga manajer dapat meninjau dan menyetujui klaim lewat dasbor.

Pembayaran akan langsung diselesaikan (atau lewat payroll). Karyawan tak perlu lagi ke kantor pada jam kerja, menemui tim keuangan, dan menunggu mereka bekerja berhari-hari.
Dengan cara ini turnover adalah bukan lagi menjadi pilihan. Dengan uang penggantian yang cepat masuk kembali ke rekening, karyawan tak perlu lagi merasa frustrasi.
Perangkat lunak ini juga dilengkapi dengan fitur pelacakan. Jadi, meski uang belum cair, mereka dapat melihat kemajuan prosesnya di dasbor. Ini tentu beda dengan cara manual, di mana satu-satunya cara adalah bertanya ke tim keuangan yang kadang tak direspons dengan baik karena menumpuknya pekerjaan mereka.
Bahkan kebutuhan terhadap reimbursement dapat dihilangkan sama sekali lewat fitur Spenmo yang lain, kartu perusahaan–yang berbentuk fisik maupun virtual. Jadi semua pembayaran bisnis dilakukan menggunakan itu.
Penutup
Turnover adalah fenomena umum di perusahaan mana pun. Hanya saja, jika terlalu sering, ia akan membuat perusahaan merugi. Oleh karena itu hal ini perlu diantisipasi. Kebijakan yang membuat karyawan puas harus dibuat, karena ketidakpuasanlah faktor yang dominan mengapa seorang karyawan resign.
Salah satu solusi mencegah tingginya tingkat turnover adalah menggunakan perangkat lunak pembayaran yang memungkinkan reimbursement dilakukan lebih mudah.