Financial leverage adalah strategi keuangan yang penting untuk menjaga kelangsungan hidup suatu usaha. Hampir setiap proses bisnis membutuhkan dana, tapi sumber daya perusahaan terbatas. Karena itu, manajemen keuangan yang cermat menjadi aspek penting dalam pengoperasian perusahaan. Financial leverage menjadi salah satu bagian dalam manajemen keuangan itu.
Pengertian Financial Leverage
Menurut kamus bisnis Cambridge Business English Dictionary, financial leverage adalah hubungan antara jumlah uang yang dimiliki perusahaan dengan nilai perusahaan tersebut. Dalam Investopedia dijelaskan bahwa financial leverage muncul ketika perusahaan memutuskan untuk membiayai sebagian besar asetnya dengan utang.
Selain memperoleh aset tambahan, leverage keuangan dapat digunakan untuk mendanai suatu proyek atau investasi. Utang diambil dari pinjaman yang sumbernya bermacam-macam, khususnya bank. Sebagai imbalan, perusahaan berjanji membayar kembali jumlah pokok dan bunga pinjaman tersebut.
Perusahaan melakukan strategi usaha ini karena tak dapat mengumpulkan modal yang cukup lewat penerbitan saham di bursa untuk memenuhi kebutuhan usaha. Ketika membutuhkan modal, perusahaan akan mencari pinjaman, kredit, atau pilihan pembiayaan lain.
Bila perusahaan mengambil utang, utang itu menjadi kewajiban dalam pembukuan dan perusahaan harus membayar bunga atas utang tersebut. Perusahaan akan mengambil utang dalam jumlah yang signifikan bila percaya pengembalian aset (return on asset/ROA) akan lebih tinggi daripada bunga utang. ROA mengacu pada rasio keuangan yang menunjukkan seberapa menguntungkan perusahaan dalam kaitan dengan total asetnya.
Ketika proporsi utang terhadap aset meningkat, demikian pula tingkat financial leverage. Financial leverage menguntungkan ketika penggunaan utang bisa menghasilkan pengembalian yang lebih besar daripada biaya bunga yang berkaitan dengan utang itu. Sebaliknya, ada risiko merugikan dari financial leverage bila penghasilan perusahaan lebih kecil daripada biaya tetapnya. Biaya tetap adalah biaya yang wajib dibayar perusahaan terlepas dari performa usahanya.
Financial leverage adalah konsep yang umum dalam dunia bisnis. Banyak yang menggunakannya untuk meningkatkan pengembalian modal ekuitas perusahaan. Khususnya ketika perusahaan tak dapat meningkatkan efisiensi operasional dan pengembalian total investasi. Karena pendapatan dari pinjaman lebih tinggi daripada biaya bunga utang, total pendapatan perusahaan akan meningkat sehingga pendapatan pemegang saham pun meningkat.
(Baca: Mengenal Analisis SWOT, Kunci Kemajuan Usaha)
Fungsi Financial Leverage
Penggunaan financial leverage sangat bervariasi menurut industri dan sektor bisnis. Dalam sejumlah sektor industri, perusahaan beroperasi dengan tingkat financial leverage yang tinggi. Contohnya maskapai penerbangan, perbankan, dan perusahaan utilitas. Toko retail dan toko kelontong juga kerap menggunakan leverage keuangan dalam operasionalnya.
Fungsi financial leverage pada tiap perusahaan itu bisa berlainan. Perusahaan biasanya memakai leverage keuangan untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan membeli peralatan atau properti atau mendanai proyek lewat utang.
Perusahaan lazim menggunakan gabungan saham dan utang untuk membiayai operasi, tapi tingkat pengembalian harus lebih tinggi daripada tingkat bunga pinjaman untuk menjaga pertumbuhan laba. Seiring dengan itu, perusahaan mesti memperlihatkan kesediaan mengambil pinjaman dan menjaga margin keuntungan tetap baik.
Dari fungsi itu, manfaat financial leverage adalah menjadi alat untuk membuat keputusan pendanaan dan investasi terbaik, menyediakan sumber pendanaan yang diperlukan perusahaan untuk mencapai target pendapatan, dan membantu perusahaan dalam menetapkan ambang batas perluasan operasi bisnis.

Photo by: Pali Graficas
(Baca: Cara Mengelola Manajemen Keuangan UMKM)
Contoh dan Cara Menghitung Financial Leverage
Saat sebuah perusahaan menggunakan utang untuk pembiayaan operasi bisnis, terjadi peningkatan financial leverage. Meski ada beban pembayaran bunga, lebih banyak modal tersedia untuk meningkatkan pengembalian yang mempengaruhi laba bersih.
Sebagai contoh sederhana, PT Jiwa Sentosa berencana membeli mesin baru seharga Rp 500.000.000. PT Jiwa Sentosa hendak membeli dengan skema cicilan alias utang. Uang muka yang diberikan sebesar 10 persen dengan bunga 5 persen per tahun. Setelah setahun, PT Jiwa Sentosa berhasil membukukan laba Rp 550.000.000 dari penggunaan mesin tersebut.
Maka rincian hitungannya:
Uang muka : Rp 50.000.000
Utang. : Rp 450.000.000
Beban utang : Rp 22.500.000
Penghasilan : Rp 550.000.000
Keuntungan setelah utang dibayar : Rp 550.000.000 – (Rp 50.000.000 + Rp 450.000.000 + Rp 22.500.000) = Rp 22.500.000
Dalam hal ini, PT Jiwa Sentosa untung Rp 22.500.000 dalam setahun dari strategi financial leverage yang diterapkan.
Financial leverage suatu perusahaan dapat dihitung dengan melihat rasio nilai buku semua utang terhadap total aset atau aktiva sesuai dengan pencatatan akuntansi. Rumus yang digunakan untuk menghitung financial leverage adalah total utang/total aset.
Untuk perusahaan yang telah melantai di bursa saham, caranya hitung dulu semua utang yang dimiliki perusahaan, termasuk utang jangka pendek dan jangka panjang. Lalu hitung total ekuitas pemegang saham perusahaan dengan cara mengalikan jumlah saham perusahaan yang beredar dengan harga saham perusahaan.
Kemudian bagi total utang dengan total ekuitas. Hasilnya adalah rasio financial leverage perusahaan tersebut. Bila angkanya tinggi, berarti risiko bisnis perusahaan juga tinggi. Demikian pula sebaliknya.
Risiko Financial Leverage
Financial leverage adalah taktik bisnis yang bermanfaat untuk mencapai target usaha. Tapi ada risiko yang menyertai. Salah satunya adalah kerugian perusahaan bisa berlipat-lipat akibat strategi ini. Perusahaan yang mengambil terlalu banyak utang untuk membiayai asetnya bisa bangkrut ketika performa usaha menurun. Sebab, kemampuan keuangannya ikut merosot sehingga tak mampu membayar pokok dan bunga utang yang mau tidak mau harus dibayar.
Tapi risiko ini berbeda dengan risiko penggunaan kartu kredit untuk konsumsi. Saat seseorang punya terlalu banyak utang kredit dan tak sanggup membayar, tak ada nilai tambah yang diperoleh dari penggunaan utang tersebut karena fungsinya untuk konsumsi. Sedangkan dalam bisnis, financial leverage adalah praktik umum meminjam uang untuk menciptakan nilai tambah, misalnya dengan membeli mesin baru, yang lebih tinggi daripada bunga pinjaman.
Ketika menilai risiko leverage, penting pula untuk memperhitungkan nilai dan aktivitas perusahaan tersebut. Bila perusahaan meminjam uang untuk memodernisasi, menambah lini produk, atau meluaskan pasar, diversifikasi ini kemungkinan besar bisa mengimbangi risiko tambahan dari leverage.
Karena itu, pengusaha perlu menimbang langkahnya dengan baik saat akan menggunakan strategi financial leverage. Financial leverage adalah salah satu jalan untuk mengembangkan usaha, tapi di sisi lain ada risiko yang mesti dipahami dan diantisipasi. Risiko ini termasuk penurunan performa perusahaan akibat faktor internal ataupun eksternal. Sudah banyak contoh konkret perusahaan yang jatuh bangkrut akibat penggunaan leverage yang terlalu berlebihan.
Pada intinya, setiap perusahaan membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik. Salah satu caranya yakni dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya saja seperti yang ditawarkan fitur kartu virtual Spenmo. Kartu virtual ini berperan sebagai alat pembayaran untuk beragam pengeluaran perusahaan, sekaligus pelacak pengeluaran.
Dengan kartu virtual dari Spenmo, pemilik usaha bisa memantau pengeluaran tiap divisi, menentukan budget di tiap kartu, sampai membatasi limitnya, jika terjadi pemborosan. Bukan itu saja, pemilik usaha juga bisa mengetahui gambaran pengeluaran bulanan perusahaan tanpa perlu menunggu akhir bulan, lantaran informasi pengeluaran disajikan secara real time melalui dashboard Spenmo.
