Pandemi Covid-19 mendorong masyarakat lebih akrab dengan teknologi digital. Banyak kegiatan beralih ke dunia baru tersebut. Dalam bisnis, hal tersebut tercermin dengan meningkatnya nilai transaksi e commerce.
Nilai transaksi e commerce di Indonesia mencapai Rp 108,54 triliun sepanjang kuartal pertama 2022. Angka ini tumbuh 23 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya, demikian menurut Kemenko Perekonomian.
Banyak orang kemudian sudah merasa tahu betul apa itu e commerce, padahal sebenarnya tidak. Banyak yang masih rancu menganggap e commerce itu sama dengan e business. Keduanya berbeda.
Memahami lebih dalam tentang keduanya tentu saja penting terutama bagi mereka yang hendak mencoba peruntungan di sana.
(Baca: E-Business: Definisi, Komponen, Contoh, Perbedaan dengan E-Commerce)
Definisi E Commerce
Apa yang dimaksud dengan e-commerce? Investopedia menyebutnya sebagai proses membeli dan menjual produk dan layanan nyata secara online. Ini dilakukan lewat berbagai perangkat mulai dari komputer, tablet, smartphone, dan sejenisnya.
Hampir semua produk atau layanan dapat diperdagangkan dengan cara digital. Anda bisa menyebut sesukanya. Mulai dari buku, alat rumah tangga, pakaian, bahkan termasuk saham dan file musik atau film.
Karena itulah e commerce kerap disebut sebagai teknologi disruptif atau cenderung mengubah sistem yang sudah ada. Pembeli tak perlu lagi repot ke luar rumah, macet-macetan, dan melakukan penawaran–yang kadang rumit–dengan pedagang untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
E commerce mampu membantu bisnis mengembangkan sayap. Bahkan perusahaan kecil atau skala rumahan sekalipun. Di Indonesia, sekitar 19 juta UMKM berjualan di platform digital. Ditargetkan pada 2024 nanti ada 30 juta UMKM terlibat.
(Baca: 10 Bisnis yang Belum Ada di Indonesia tapi Populer di Luar Negeri)
Komponen E Commerce
E commerce terdiri dari beragam komponen atau bagian-bagian pembentuk. Tanpa ini e commerce tidak dapat berjalan.
Dalam buku Electronic Commerce (2015), Efraim Turban, dkk., mengidentifikasi tujuh komponen tersebut, yaitu:
- Produk. Bagian ini sudah jelas, yaitu objek yang dijual
- Penjual. Yaitu pihak yang menawarkan produk atau jasa
- Pembeli. Pihak yang mengeluarkan uang untuk mendapat yang dijual
- Infrastruktur. Termasuk jaringan, database, hardware, dan software
- Front end. Merupakan tampilan muka e commerce. Di dalamnya misalnya terdapat katalog barang dan alat pencarian barang
- Back end. Ini adalah sistem yang mendukung front end, termasuk manajemen inventori, akuntansi, keuangan, dan sejenisnya
- Intermediary. Merupakan pihak ketiga, misalnya broker atau distributor
Di luar Efraim Turban, dkk., ada banyak ahli lain yang juga melakukan identifikasi terhadap komponen yang membentuk e commerce. Ada misalnya yang memasukkan aspek regulasi dari negara sebagai salah satu komponen.
Hal ini tentu saja benar. E commerce tidak akan berjalan tanpa memenuhi standar regulasi. Jika tetap berjalan, bisa dibilang itu adalah e commerce ilegal.
(Baca: Memahami Bisnis Model Canvas: Elemen, Cara Membuat, dan Contohnya)
Contoh E Commerce
Apa saja contoh e-commerce? Kita yang sudah terbiasa menggunakan e commerce–baik sebagai pembeli atau penjual–tentu mampu dengan mudah menyebut beberapa contohnya.
Contoh-contoh e commerce ini dapat dikelompokkan ke dalam berbagai tipe e commerce. Masing-masing tipe punya contoh e commerce-nya sendiri. Berikut di antaranya yang paling umum:
1. Business to consumer
Seperti namanya, ini adalah tipe e commerce yang mempertemukan perusahaan langsung atau yang sudah mapan dengan konsumen akhir tanpa perantara. Beberapa contohnya adalah Shopee dan Lazada.
2. Business to business
Tipe e commerce ini juga mempertemukan produsen mapan dengan pengguna. Namun bedanya pengguna adalah perusahaan lain. Transaksinya sering kali lebih besar. Salah satu contohnya adalah Ralali.
3. Consumer to consumer
Seperti namanya, ini adalah tipe e commerce yang dapat mempertemukan individu yang hendak menjual barangnya dengan individu yang lain. Tiga contohnya adalah Tokopedia, Bukalapak, dan OLX.
4. Consumer to business
Platform yang satu ini mempertemukan pekerja lepas dengan perusahaan. Si pekerja lepas akan menawarkan jasanya kepada perusahaan dan dia dibayar untuk itu. Contohnya adalah situs Freelancer dan Upwork.
Perbedaan dengan E Business

Photo by Mohamed Hassan Pxhere.com
Sampai sini sudah jelas bahwa e commerce adalah tentang menjual atau membeli sesuatu secara online. Dengan berpegang pada definisi tersebut, sebenarnya sudah tampak jelas perbedaannya dengan e business.
E commerce adalah bagian dari e busines. E commerce pastilah e business, tapi e business belum tentu e commerce.
E commerce, mengutip buku Konsep Dasar E-Business di Era Digital (2020), adalah serangkaian aktivitas bisnis yang memanfaatkan teknologi dan internet sebagai media transaksinya. Perusahaan dijalankan secara online.
Buku tersebut menyebut beberapa di antaranya: dari mulai edukasi pelanggan, pengembangan produk dan usaha, kolaborasi dengan mitra, pelayanan nasabah, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Bahkan lowongan kerja di internet pun bisa dikategorikan sebagai e business.
E Business Lebih Efektif
Selain e commerce, di era pandemi e business pun semakin banyak diadopsi perusahaan konvensional. Kebijakan work from home (WFH), misalnya, membuat beberapa pekerjaan atau kegiatan beralih ke digital.
Oleh karena itu penting untuk membuat usaha tetap atau bahkan semakin produktif. Produktif dalam hal ini juga dapat disamakan dengan efektif, yang intinya adalah menghemat waktu dan biaya.
Dalam hal ini ada satu perangkat lunak yang dapat membantu, yaitu aplikasi pembayaran Spenmo, yang salah satu fiturnya adalah kartu korporat virtual.
Pembayaran bisnis, termasuk membeli di platform e commerce, dapat dengan mudah dilakukan lewat kartu virtual–yang dapat dicetak dalam jumlah tak terbatas. Baik pembayaran lokal maupun internasional bisa, dan semua aman.
Setelah berlangganan, pengguna dapat langsung mendapatkan kartu virtual. Kartu virtual tinggal diisi saldonya dan dapat langsung dipakai.
Dengan menggunakan kartu perusahaan, karyawan yang melakukan pembayaran tidak perlu lagi memakai uang sendiri dan kemudian meminta ganti. Kita tahu bahwa reimbursement adalah kegiatan yang memakan waktu dan rumit.
Operasional perusahaan (termasuk jika bisnis bergerak di e commerce) juga efisien karena rekonsiliasi keuangan tak perlu lagi dilakukan secara manual. Proses akuntansi yang memakan waktu dan tenaga itu dipermudah karena semua transaksi menggunakan kartu korporat akan tercatat secara otomatis di dasbor.
Dengan fitur analitik real time, pengusaha bisa melihat gambaran umum pengeluaran perusahaan.
Semua pengeluaran menggunakan kartu juga bisa dibatasi, baik dalam hal jumlah atau merchant-nya (jadi satu kartu hanya untuk satu toko). Ini semua membuat perusahaan tak perlu khawatir akan mengalami overspending.

Penutup
Demikian penjelasan tentang e commerce, dari mulai pengertian, komponen, contoh, dan apa yang membedakannya dengan e business.
Baik e commerce dan e business adalah keniscayaan, berarti akan terus menjadi praktik yang umum. Oleh karena itu perusahaan harus mengantisipasinya. Salah satunya adalah dengan menerapkan perangkat lunak pembayaran sehingga dapat mengatur keuangan lebih efektif dan efisien.